photo qwerty.png

Latest Post

Tips Penting Mahasiswa dalam Melakukan Revisi TA/Skripsi

Revisi Tugas Akhir
Topik kali ini bener-bener mahasiswa banget. Biasanya kalau ujian akhir semester udah dekat, kamu berasa dikejar deadline tugas-tugas dosen yang menggunung. Itu masih ringan, karena kaum yang ‘ngenes’adalah mahasiswa tingkat akhir yang dikejar deadline skripsi. Nah, bagi kamu-kamu yang sedang dikejar deadline skripsi, anggap saja kamu beruntung, karena dengan mengikuti tips-tips di bawah ini, niscaya kamu akan selamat dan lancar jaya ketika mengerjakan skripsimu. 

Apa rencanamu?

Dengan begitu banyak hal untuk diperbaiki dalam waktu yang singkat, kamu sangat perlu berpikir hati-hati tentang bagaimana, kapan dan apa yang perlu kamu revisi. Buat jadwal revisi, seimbangkan subjek, identifikasi topik penting yang perlu untuk diperbaiki, dan tuliskan berapa banyak ujian yang akan kamu hadapi (jika ada).


Jangan suka menunda

Sementara beberapa mahasiswa memang tampak seperti mendapat hidayah dari langit pada menit-menit terakhir menjelang ujian ataupun deadline, dan hal ini diterima secara luas bahwa bagi kebanyakan dari kita, ini sebenarnya bukanlah cara terbaik untuk menghadapi ujian. Alokasikan waktu setidaknya 2-3 minggu untuk setiap ujian yang akan kamu hadapi, dan mulailah revisian lebih awal untuk menghindari begadang larut malam di perpustakaan! Kan serem juga di perpustakaan sendirian malem-malem.


Buat warna-warni 

Nah, kegiatan ini biasanya kebanyakan dilakukan cewek-cewek. Kadang-kadang ini cukup membantu dan terlihat kreatif ketika revisian–ya, kenapa gak mencoba menggunakan warna untuk membuat revisianmu lebih efektif? Telusuri tulisanmu dan berikan stabilo atau apapun yang warna-warni. Biasanya, warna yang umum dipakai adalah hijau, kuning, dan merah muda.


Jangan buang waktu

Berhenti menunda-nunda dan mulai fokus. Menjauhlah dari Facebook, berhenti beresin kamar kos yang berantakan, dan berhenti sms-in teman-temanmu, dan beri tahu mereka kalau kamu bener-bener kerja keras demi ujian ini. Tetap positif dan tetap fokus!


Bikin 'contekan' 

Bikin contekan ini untuk revisi ya, bukan untuk ujian. Bikinlah contekan atau catatan kecil berisi poin dan ide-ide yang bisa kamu lihat dengan cepatkalau kamu sedang revisian dengan dosen. Bikin lembar contekan itu bagus, soalnya kamu bisa minta teman untuk menguji pengetahuanmu di pelajaran/kuliah yang kamu inginkan, dan kamu bisa melihat kertas contekan ini sebelum ujian dimulai.


Buat 'revisi lingkungan'

Menyingkirkan semua gangguan merupakan hal yang sangat penting demi kelancaran pekerjaan. Pastikan dirimu merasa nyaman dan bisa fokus pada pekerjaan. Ketahui juga kapan waktu yang baik untukmu belajar, dan pastikan semua orang dalam hidupmu tahu kalau kamu juga perlu belajar, sehingga mereka tidak mengganggu kelangsungan hidupmu. Jika lingkungan kamu nggak mendukung, pergilah ke perpustakaan, jangan ke mbah dukun. Sekali-kali, JANGAN!


Berhenti panik 

Banyak mahasiswa yang khawatir sampai-sampai mereka akhirnya tidak melakukan pekerjaan karena nggak tahu harus ngelakuin apa dan mulai dari mana! Kebanyakan mikir dan telalu menekan kinerja otak menjadi pressure cooker itu tidak baik. Jangan takut dan jangan lupa bahwa otak kamu juga butuh istirahat.


Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain 

Khawatir bahwa teman-teman seperjuanganmu ternyata merevisi lebih keras dari yang kamu dapat menjadi kontra-produktif. Jangan merasa tertekan kalau kamu tidak menghabiskan 24 jam sehari di perpustakaan, atau nggak mengerjakan semua makalah 90 kali seperti teman-temanmu. Tetap fokus pada rencana revisi sendiri dan biarkan teman-temanmu khawatir tentang skripsi mereka sendiri.


Meminta bantuan 

Jangan dikira memperbaiki somethingwe usually call 'skripsi' adalah hal mudah. Revisi itu sulit. Dibutuhkan banyak fokus dan kerja keras, dan bagi banyak mahasiswa, hal ini bisa menjadi penyebab utama stress dan galau akut, serta benar-benar dapat menyebabkan mereka mendapatkan nilai yang jelek banget jika berbenturan dengan jadwal ujian. Jangan takut untuk meminta dukungan dari teman ataupun dosen.

Khusus untuk yang sedang skripsian, jangan kecewa dulu kalo ternyata setelah menjalani sidang dan setelah pengumuman hasil, rupanya kamu lulus tetapi dengan revisi/perbaikan. Cukup pasang hashtag #AkuRapopo. Ada sedikit tips dan saran (dan kasih sayang) kalo kamu terpaksa harus revisi skripsi/penelitian. Untuk memudahkan, revisi bisa dibagi menjadi 3 kategori:

1. Revisi Non Teknis 
2. Revisi Teknis 
3. Rombak Ulang

Revisi Non Teknis 

Biasanya inilah hal nyebelin yang terjadi kalo dosen pembimbing perfeksionis minta ampun. Yang seperti ini biasanya dilakukan oleh dosen-dosen penguji senior. Sebenernya, nggak ada kesalahan yang fatal di dalam skripsi, cuma karena mereka biasanya gak mau kehilangan muka dengan meluluskan mahasiswa begitu saja, alasan untuk ‘menyalahkan’ skripsi kita ada-ada saja.
Biasanya yang direvisi pun bersifat ecek-ecek (gak penting) seperti tanda baca, kalimat baku yang dipergunakan, kurang referensi/literatur pendukung, dan sebagainya.

Tipsnya adalah: 

- Jangan sekali-kali menunda-nunda revisi ke dosen jenis ini. Semakin ditunda, maka akan semakin molor dan kamu nggak akan selesai-selesai revisian dengan dosen menyebalkan jenis ini. Cepat digarap dan kemudian ajukan ke dosen untuk disetujui.
- Dosennya sibuk? Kejar terus, menangkan hatinya. Kalau perlu, apelin ke rumahnya.
- Jika tidak begitu paham seputar tanda baca dan EYD-EYD, tanya senior, deh. Belajar online juga bisa,atau jangan males buka KBBI.
- Bingung cari referensi/literatur tambahan? Ada triknya. Kamu cari penelitian/skripsi yang mirip-mirip dengan milikmu. Ambil aja referensi tambahannya dari situ. Oke. Cara ini seems tidak baik.

Revisi Teknis 

Revisi teknis sedikit lebih berat daripada non teknis, karena revisi teknis itu berkaitan dengan isi skripsi atau penelitianmu. Biasanya terjadi jika dosen penguji tidak terlalu puas dengan hasil akhir atau kesimpulan dari skripsi/penelitian kita. Terasa sedikit berat, tapi dengan ketekunan dan kecerdikan dijamin nanti bisa kelar.

Tipsnya adalah: 

- Cermati dengan baik apa saja yang harus direvisi. Nggak usah kerajinan dengan menggali-gali dan menanyakan hal-hal yangtidak berkaitan dengan revisi itu.
- Masih bingung juga? Gak ada salahnya minta bimbingan lagi dari dosen pembimbing kita plus nanya-nanya sama dosen penguji soal kekurangan kita.
- Musuh utama revisi adalah‘kemalasan’. Semakin susah revisinya semakin malas. Jangan males, lah. Semakin kamu rajin, dosen pembimbing juga akan semangat bantu kamu revisi. Alhasil revisi cepet tuntas. 


Rombak ulang

Kalau yang ini parah banget, tapi biasanya juga jarang banget. Biasanya kalau udah disuruh rombak ulang, artinya kita dinyatakan tidak lulus, atau kalopun lulus nilai kita C/D. Rombak ulang itu terjadi karena: 

- Kamu dan dosen pembimbing dari awal udah nggak kompak.
- Kamu dapat dosen pembimbing yang nggak paham sama sekali tentang skripsi/penelitian kamu, tapi tetep nekad mau membimbing.
- Dosen pembimbingmu punya prinsip "terserah kamu deh". Pertama-pertamanya sih enak, lama-lama jadi bumerang saat sidang. 
Tipsnya adalah: 
- Sekali lagi, nggak usah nge-down. Tetaplah pede aja ngerjain revisinya.
- Walaupun namanya rombak ulang, namun biasanya yang dirombak adalah antara BAB 3, 4, dan 5 saja. Pendahuluan dan Landasan Teori biasanya tidak terlalu diutak atik.
- Coba minta saran dari dosen penguji, di mana saja kesalahanmu.


Setelah mengetahui dan membaca tips-tips di atas, maka silakan kamu coba untuk dipraktekkan. Semoga sukses!

5 Problem yang Sering Ditemui Mahasiswa & Cara Mengatasinya

Mahasiswa. Kebanyakan siswa SMA yang akan lulus berpikir bahwa menjadi mahasiswa itu bagaikan terbang bebas di atas awan. Padahal faktanya, jadi mahasiswa itu nggak selalu menyenangkan, dan isinya bukan hanya tentang main-main dengan teman doang. Berbagai tekanan, dikejar deadline, kehabisan duit, apalagi kalau tinggal jauh dari keluarga, dan pekerjaan sampingan yang mungkin dilakukan tiap minggunya, jelas akan membuatmu stres, pake banget.
Kebimbangan Mahasiswa
Ada beberapa masalah utama yang dihadapi kebanyakan mahasiswa selama mereka menempuh pendidikan di universitas mereka. Berikut adalah 5 hal memperihatinkan yang umumnya akan kamu jumpai dan rasakan, serta apa yang dapat kamu lakukan untuk meringankan beban tersebut. 

 


Rasanya, gue nggak bakalan dapet kerja, Men

Ada begitu banyak hal yang mulai dipikirkan mahasiswa menjelang berakhirnya masa-masa studi mereka. Selain umur yang bertambah tua, lowongan pekerjaan adalah hal yang paling bikin galau ketika kamu sudah mau lulus. Rasanya, kecuali kamu kuliah di teknik, kedokteran, atau hukum (yang mana kalau kamu kuliah di jurusan-jurusan itu, sudah cukup jelas kamu mau jadi apa), mencari pekerjaan setelah lulus bisa menjadi hal yang sulit.

Gelarmu setelah lulus mungkin tidak memberikan indikasi yang jelas untuk bagaimana kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan apa yang telah kamu pelajari semasa kuliah. Tapi sebenarnya, banyak lulusan dari berbagai latar belakang dan pengusaha yang mencari lulusan dari berbagai jurusan, karena belajar dan mendapatkan gelar saja menunjukkan bahwa kamu memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian, bahwa selalu ada alasan di balik sesuatu, untuk menulis, untuk debat, dan bekerja di bawah tekanan.

Jadi, jangan putus asa dulu hanya karena kamu tidak kuliah di Jurusan Teknik, Kedokteran, atau Hukum. Karena hidup itu penuh pilihan. Apa yang kamu lakukan saat ini, hasilnya akan kamu petik di masa depan.


Skripsi jelek ini kapan kelar?!

Ini cukup umum bagi mahasiswa angkatan tua ketika mulai merasa bahwa skripsi mereka keluar jalur dan/atau isinya jelek. Yah, setelah semua yang dilakukan seperti belajar secara mandiri tanpa pembimbing, melakukan berbagai penelitian sampai nggak tidur, dan menulis selama beberapa bulan terakhir, akan mudah untuk merasa sedikit kehilangan harapan tanpa bimbingan dosen pembimbing. Apa solusinya?

Jangan bunuh diri dulu jika kamu adalah korban dari tragedi memprihatinkan nomor 2 ini. Kalau kamu mau mencari dan bertanya, sebenarnya ada banyak tutor yang lebih dari sekedar senang hati yang akan menawarkan nasihat serta wawasannya kepadamu, dan akan meluangkan waktu mereka untuk menjawab pertanyaan atau kekhawatiran yang mungkin kamu miliki. Syukur-syukur kalau ada yang mau bantu ngerjain, at least, ngetik skripsimu lah. Kan lumayan tuh?


I’m all alone

I am all alone
Nah, biasanya mahasiswa-mahasiswa kalangan introvert ini yang ngerasa forever alone. Walaupun nggak semua, karena biasanya tipe-tipe ekstrovert lebih banyak temannya dan nggak begitu merasa kesepian. Kalau jomblo yang ngerasa forever alone sih udah mainstream, ya. Jadi, kamu termasuk yang mana? Dua-duanya?

Biasanya tekanan datang saat kamu nggak punya uang. Betul? Duit nggak ada, waktunya bayar kos, tunjangan finansial keluarga tidak mendukung, deadline tugas seabrek, apalagi buat kamu yang tinggal jauh dari rumah, ada masa-masa kamu mulai merasa seperti sangat terisolasi dari siapapun yang sebenarnya bisa membantumu. Atau, kamu terkadang merasa sungkan untuk minta tolong pada teman karena masalah yang kamu hadapi terlalu pribadi,  jadi kamu malu untuk menceritakannya.

Ada banyak layanan di sekitarmu yang dirancang untuk mahasiswa yang merasa seperti ini. Banyak universitas menawarkan layanan konseling gratis di mana kamu bisa mampir dan berbicara dengan seorang profesional yang memenuhi syarat. Jadi, jika kamu mengalami depresi atau merasa sendiri, manfaatkan fasilitas yang disediakan kampusmu. Kalau nggak ada, barangkali kamu bisa ke kampus sebelah. 

The worst thing in life is not to end up all alone. The worst thing in life is to end up with people that make you feel all alone.


Aku nggak tahu gimana cara menemui orang dan berteman dengan mereka

Hal ini biasanya terjadi pada kamu-kamu yang pemalu dan pendiam. Ayolah, udah jadi mahasiswa, waktunya berubah, karena mahasiswa adalah agen perubahan dan harus bisa menyuarakan pendapat serta gagasannya untuk kepentingan masyarakat. Salah satu tantangan paling sulit bagi mahasiswa tipe ini adalah pergi ke kota baru dan bertemu orang-orang baru dari berbagai latar belakang. Ini adalah masalah yang biasanya juga dirasakan oleh banyak mahasiswa internasional yang melakukan perjalanan dari luar negeri untuk belajar di negeri orang lain. Sangat umum bagi mahasiswa perantauan merasa homesick, dan sedikit sulit beradaptasi ketika menempati lingkungan yang asing.

Obat terbaik untuk ini adalah pergi keluar dan mencari apa hal menarik yang ditawarkan tempat tinggalmu yang baru. Jelajahi lingkungan sekitarmu dan pergi ke tempat-tempat menarik di kota baru. Selain itu, ada banyak hal lain yang dapat kamu lakukan jika kamu ingin mencari teman baru, yakni dengan bergabung klub olahraga atau masyarakat, atau melakukan pekerjaan sukarela di sebuah organisasi atau komunitas, atau mengikuti kegiatan apapun yang kamu minati di luar bidang akademis. Semua kegiatan ini adalah cara yang bagus untuk bertemu teman baru, tidak hanya memiliki teman-teman baru, tetapi juga keakraban dengan kota sehingga akan terasa seperti rumah kedua. Atau barangkali ketemu pasangan hidup –triple bonus, right?

Namun, hati-hati juga dalam berteman. Pilih-pilih teman adalah suatu hal yang hukumnya WAJIB! Tentunya kamu nggak ingin menghancurkan masa depanmu karena salah gaul, kan? Pilihlah teman yang membawa manfaat bagimu. Bukan berarti memanfaatkan, tapi, sebaik-baiknya teman adalah teman yang membawa kebaikan bagimu. True friends will not say something bad behind your back. They will say it right on your face.


Makanan sehat terlalu mahal?

Banyak mahasiswa sering mengeluh bahwa beli makanan sehat itu terlalu mahal dan tidak sesuai dengan kantong mahasiswa! Mending makan Indomie goreng lebih murah daripada semangkuk besar salad.Ya kali, masa mau makan Indomie terus.

Namun, kamu perlu tahu bahwa kamu sebenarnya tidak harus membahayakan kesehatanmu dengan diet tidak sehat atau menukar makanan sehat dengan snack yang mengandung banyak bahan pengawet. Mungkin memang agak sedikit mahal, namun kesehatan lebih mahal dibandingkan apapun. Ada pepatah yang mengatakan bahwa, ‘cara terbaik untuk bersyukur pada Tuhan atas kehidupan adalah dengan menjaga kesehatan.’

Kalaupun masih kekeuh ingin yang murah, setidaknya belilah makanan di tempat yang bersih. Selain itu, kelola keuangan bulananmu dengan baik. Kamu bisa berbelanja bahan makanan di supermarket atau pasar, lalu memasak sendiri di kosmu. Selain lebih hemat juga menjamin kebersihan makananmu.


Nah, itu tadi tips-tips mengatasi 5 masalah mahasiswa yang paling umum terjadi selama masa perkuliahan. Semoga bermanfaat!